3 Mei 2017

Peran Strategis HR dalam membina Hubungan Industrial

Minggu ini saya berada di Paris, dan salah satu acara saya adalah mengikuti kuliah terbuka tentang "Industrial Relationship", kalau di Perancis disebut sebagai social dialogue.
Yang menarik adalah trend di mana perusahaan perusahaan besar di Eropa sudah sejak dulu sadar dan mengerti tentang besarnya peran hubungan Industrial dalam pengembangan perusahaan.
Bahkan di Undang Undang Uni Eropa, hubungan Industrial sudah menjadi syarat mutlak bagi perusahaan. Dan di situ terlihat seberapa besar komitmen sebuah perusahaan, apakah hanya untuk mengejar keuntungan financial belaka? Ataukah juga ingin  berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup pada manusia dan alam pada umumnya.

Dan sebenarnya ini juga bukan hal yang baru. Untuk mendapatkan kesuksesan jangka panjang, perusahaan sangat bergantung kepada kepuasan customer. Dan customer hanya bisa happy apabila dilayani oleh karyawan yang happy.
Jadi nggak mungkin perusahaan sukses kalau customernya gak happy. Dan customer gak mungkin happy bila karyawannya gak happy.
Nah, Serikat Pekerja yang mewakili mayoritas karyawan mempunyai peran yang sangat penging untuk menyuarakan amanat seluruh karyawan agar suara mereka didengar oleh perusahaan.

Jadi tentunya HR mempunyai peran yang sangat strategis di sini. HR adalah satu satunya divisi yang menggunakan kata "Human". Berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan "human" menjadi scope dari HR.
HR harus menjadi fasilitator untuk membina hubungan Industrial yang harmonis.
Ingat, saya bilang fasilitator. Karena manajemen (dalam hal ini CEO beserta seluruh jajaran Board of Directors) harus tetap memiliki full accountability dan responsibility terhadap hubungan industrial.
HR yang menjadi fasilitatornya. Jadi jangan berharap bahwa hubungan industrial akan sehat, apabila HR nya sendirian berjuang bersusah payah, tetapi CEO dan Direksi yang lain tidak mendukung dan tidak menunjukkan sense of urgency di sini.

Terus bagaimana dengan di Indonesia? Kadang-kadang ada yang mempunyai persepsi negatif (which is wrong), dan seolah olah bahwa antara serikat pekerja dan manajemen selalu berada di dua kubu yang berbeda.
Speaker di seminar saya di Paris bilang begini "Believe me, Eropa sudah punya pengalaman yang panjang. Dan meskipun ada yang mempertanyakan kenapa ada Serikat Pekerja, percayalah bahwa tanpa Serikat Pekerja situasinya akan jauh lebih buruk!
Bagaimana kalau untuk urusan bisnis anda harus memastikan standard safety tertentu, bagaimana kalau anda harus menutup pabrik, bagaimana kalau anda harus menyetujui kesepakatan upah mininum? Dengan siapa anda mau  berunding? Apakah anda akan berunding dengan  belasab ribu karyawan satu persatu?
Situasinya akan jauh lebih liar. Karena kita tidak tahu dengan siapa kita  berhadapan dengab belasan ribu karyawan itu?
Jadi posisi kita adalah untuk justru membina hubungan industrial yang strategis. Bukannya terus menerus menyesali mengapa ada mereka.

Bagi seorang HR Director di Indonesia, competence tentang pengelolaan Industrial Relations akan semakin critical dan semakin penting. Maka sangat disayangkan kalau seseorang menjadi profesional HR tetapi tidak menguasai tentang Industrial Relations termasuk Undang Undang, peraturan pemerintah dan juga penerapannya.
It is a must!
Dan tentunya secara market value, seorang HR Director yang menguasai masalah Industrial Relations akan bernilai lebih tinggi dibandingkan yang tidak.

Terus apakah yang harus dilakukan HR untuk memfasilitasi Hubungan Industrial yang harmonis?


1. Understand the long-term business strategy


HR adalah strategic business partner. Anda harus mengerti long-term company strategy dan implikasinya bagi seluruh karyawan.

2. Play your role as challenger to Board of Directors (Don't ignore the risks)


Anda bukan hanya mengerti dan mengimplementasikan.
Anda juga harus men-challenge strategy itu tersebut.
Apakah karyawan-karyawan (asset yang paling  berharga) yang dipunyai perusahaan, akan mampu mengeksekusi strategy tersebut dan mencapai objective tersebut.
Sampaikan resiko-resiko yang mungkin dihadapi secara:
-capacity
-capability
-aspek industrial relationship

Setelah menchallenge anda juga harus menawarkan solusi yang bisa diterapkan untuk memanage resiko di atas.

3. Educate all the employees (and Union) about the long-term strategy


Strategy tidak akan tercapai apabila hanya direksi yang memahami. Cascade down the message. Edukasi seluruh karyawan agar mengerti strategy yang harus diterapkan, agar mengerti challenge yang dihadapi perusahaan, ketatnya kompetisi yang dihadapi, dan bagaimana seluruh karyawan bisa bahu membahu, bekerja keras dan bekerjasama untuk mencapai objective yang challenging.

4. Build your trust and credibility with employees and Union


Trust dan credibility sangat penting. Build the trust and credibility  between you, employees and union. Don't overpromise what you cannot deliver. Always, always deliver what you promised.

5. Play your role as negotiator for both sides


Pada saat anda berdiskusi dengan Serikat Pekerja, posisikan diri anda sebagai negotiator dan fasilitator.
Ingat bahwa accountability dan responsibility tetap berada pada CEO dan seluruh Board of Directors.
Anda tidak boleh hanya memperjuangkan kepentingan manajemen .
Anda juga harus memperjuangkan kepentingan seluruh karyawan.
Ingat, tanpa karyawan, perusahaan manapun tidak akan mencapai objectivenya.

6. Focus on your circle of influence


Seringkali kita dibuat stress pada saat menangani hal ini. Ingatlah selalu ada yang kita kontrol (circle of influence), dan ada yang tidak bisa kita control (circle of concern).
Fokuslah pada apa yang bisa anda kontrol. Lakukan yang terbaik. Kalau memang masalah belum terselesaikan , sampaikan kepada CEO dan Board of Directors masalah yang muncul, dan diskusikan bagaimana mencari solusinya.
Sampaikan juga resikonya apabila kita tidak mencapai kata sepakat.
Tetap berusaha mencari solusi terbaik bagi perusahaan dan seluruh karyawan.

Remember, this what HR can do to play your strategic role to build a harmony industrial relationship in the company ....

1. Understand the long-term business strategy
2. Play your role as challenger to Board of Directors (Don't ignore the risks)
3. Educate all the employees (and Union) about the long-term strategy
4. Build your trust and credibility with employees and Union
5. Play your role as negotiator for both sides
6. Focus on your circle of influence


Sumber: Pambudi Sunarsihanto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar