Sebuah challenge yang harus dihadapi oleh seorang enterpreneur adalah membagi waktu antara mengembangkan businessnya dan mengembangkan anak buahnya (teamnya).
Kita dengarkan cerita sahabat saya, Himawan.
"Perusahaan saya sedang mengalami masa di mana saya harus mempersiapkan product untuk siklus berikutnya.
Product perusahaan saya yang sekarang memang masih sehat cash flownya. Tetapi saya sudah harus mulai memikirkan siklus berikutnya demi kelangsungan bisnis kami di masa depan. Untuk itulah selama setahun ini saya menghabiskan banyak waktu dengan partner dan investor saya. Dan akibatnya saya jadi tidak punya waktu untuk untuk menghaniskan waktu bersama tim dan anak buah saya."
Himawan (yang kebetulan adalah adik kelas saya di ITB), adalah pemilik sebuah perusahaan di Jakarta yang bergerak dalam kimia dan lingkungan.
"Ternyata akhir akhir ini saya melihat jarak yang cukup besar dengan anak buah saya. It is becoming very difficult to lead them. Mereka susah saya influence. Dan basically mereka gak mau nurut dan mendengarkan saya. Why? Padahal mereka ini kan masih karyawan saya?
Mereka ini saya gaji kan?
Mereka seharusnya juga mengerti bahwa saya sedang fokus kelangsungan bisnis di masa depan. Dan itu berarti kelangsungan karier dan nafkah mereka juga?
Why are they like this? What should I do?"
Kita dengarkan cerita sahabat saya, Himawan.
"Perusahaan saya sedang mengalami masa di mana saya harus mempersiapkan product untuk siklus berikutnya.
Product perusahaan saya yang sekarang memang masih sehat cash flownya. Tetapi saya sudah harus mulai memikirkan siklus berikutnya demi kelangsungan bisnis kami di masa depan. Untuk itulah selama setahun ini saya menghabiskan banyak waktu dengan partner dan investor saya. Dan akibatnya saya jadi tidak punya waktu untuk untuk menghaniskan waktu bersama tim dan anak buah saya."
Himawan (yang kebetulan adalah adik kelas saya di ITB), adalah pemilik sebuah perusahaan di Jakarta yang bergerak dalam kimia dan lingkungan.
"Ternyata akhir akhir ini saya melihat jarak yang cukup besar dengan anak buah saya. It is becoming very difficult to lead them. Mereka susah saya influence. Dan basically mereka gak mau nurut dan mendengarkan saya. Why? Padahal mereka ini kan masih karyawan saya?
Mereka ini saya gaji kan?
Mereka seharusnya juga mengerti bahwa saya sedang fokus kelangsungan bisnis di masa depan. Dan itu berarti kelangsungan karier dan nafkah mereka juga?
Why are they like this? What should I do?"
Himawan berhenti sejenak dan kemudian makan Hainanesse Chicken Rice yang kami pesan di Rice Bowl di building kantor saya.
Very interesting case ... and lets discuss about this ...
Seorang leader (di manapun dia berada), mempunyai dua tanggung jawab besar. Memimpin bisnisnya dan memimpin timnya. Dan dua hal ini sama pentingnya, dan harus dilakukan.
Bisnis harus dikembangkan karena itu akan menjadi kunci keberhasilan perusahaan di masa depan.
Anak buah harus dipimpin dan dikembangkan karena leader tidak mungkin menjalankan semuanya seorang diri. Leader akan sangat berharap kepada timnya dan anak buahnya untuk mengimplementasikan semua inisiatif bisnisnya.
Dan sayangnya leader tidak bisa meng-outsource kan activity tersebut.
Seperti halnya tugas orang tua adalah mencari nafkah dan mendidik anak-anaknya.
Memangnya boleh orangtua bilang saya akan mencari nafkah saja dulu dan meng-outsource pendidikan anaknya ke orang lain? (JLEB!)
So what did Hikmawan do?
Dia menganggap bahwa selama setahun dia bisa focus pada pengembangan bisnisnya dan tidak menghabiskan waktunya dengan timnya.
Akibatnya? Tentu saja timnya tidak menganggap Himawan adalah bossnya lagi atau tidak merasakan hubungan yang dekat antara boss dan timnya.
Bukankah Himawan masih membayari gaji anak buah mereka? Off course masih. Dengan melakukan itu Himawan membina financial bonding (keterikatan financial). Tapi ada satu hal yang penting, emotional bonding! Keterikatan atau kedekatan emosi.
Kemudian saya bercerita tentang anak kedua saya bernama Nadia, yang mempunyai kelinci kesayangan (bernama Caramel). Mereka mempunyai kedekatan emosional yang tinggi. Tetapi waktu Nadia saya ajak berlibur ke luar negeri selama dua minggu, Caramel ngambek pada saat Nadia kembali. Dan Caramel tidak mau bermain bersama Nadia selama beberapa saat (meskipun Caramel masih memakan wortel yang diberikan Nadia).
Dan itulah makhluk hidup. Kita harus berinvestasi agar kita bisa menjalin hubungan baik dengan makhluk hidup lain.
Bahkan bunga pun harus disiram dengan air setiap hari agar terus tumbuh dengan segar.
Berarti kita juga harus menginvestasikan (bukan menghabiskan) waktu kita dengan manusia yang lain (apakah itu partner kita, investors kita atau karyawan kita!)
Wajar sekali bahwa Himawan invest waktunya dengan partner dan investornya, tetapi Himawan juga harus invest waktunya dengan timnya juga.
Remember, tanpa bantuan investor dan partnernya bisnisnya gak akan jalan.
Tetapi bukankah tanpa bantuan karyawannya, bisnisnya juga gak akan jalan?
Di sinilah perlunya keseimbangan antara waktu yang diinvest oleh Himawan untuk investor,
partner, customer dan anak buahnya!
Dan kalau ternyata Himawan sibuk mengurus investor, partner dan anak buahnya, ya jangan heran (dan jangan complain) kalau anak buah anda mulai kehilangan trust and emotional bonding dengan anda!
Jadi, bagaimana Himawan bisa membina trust dan hubungan baik dengan anak buahnya?
Sebenarnya sederhana ... invest his time with them. Menginvestasikan waktu dengan mereka. Menganggap bahwa waktu yang dia investasikan dengan mereka juga adalah salah satu prioritasnya.
Terus apa yang harus dia lakukan bersama mereka?
Membangun kembali trust (kepercayaan) dan credibility dia sebagai seorang leader.
Apa kriterianya? Ada rumus yang sangat sederhana, ABCD.
Able, Believable, Care dan Dependable.
Kita bahas satu persatu yuk ...
1. ABLE
Investasikan waktu anda dengan tim anda, tunjukkan ability anda.
- Ability anda dalam kompetensi tertentu
- Ability anda untuk mengelola dan mengembangkan bisnis anda
- Ability anda untuk memimpin dan mengembangkan tim anda
Kalau anda melakukan ketiga hal tersebut, maka tim anda akan berfikir dan merasakan,"Wah keren juga leader say. Ini nih model leader yang saya pengin bekerja dengan dia, dan pengin belajar dari dia"
You have to ask yourself,"why would they want to be led by you?"
Jawabannya mestinya
- Karena bekerja dengan anda itu menarik, challenging dan fun
- Karena mereka bangga bekerja dengan anda
- Karena mereka bisa belajar dari anda
(Lha kalau anda tidak pernah menginvestasi waktu anda dengan mereka, bagaimana mereka bisa belajar dari anda?)
2. BELIEVABLE
Anda harus bisa dipercaya.
Mereka harus percaya bahwa anda mampu mengelola perusahaan ini, mampu mengembangkan perusahaan di masa depan, dan mampu mengembangkan karier mereka.
Believable juga berarti anda leader dengan integrity yang tinggi yang menjadi role model yang baik bagi anak buah anda.
Untuk itu anda harus menja konsistensi antara
- apa yang anda pikirkan
- apa yang anda katakan
- dan apa yang anda kerjakan
3. CARE
Care about your people.
Dengarkan mereka, perhatikan mereka, bantu mereka.
Show your "care" with (not only words) but mainly actions.
Remember actions are much more effective than thousand of words.
4. DEPENDABLE
Dependable berarti bahwa anda adalah leader yang mereka bisa andalkan:
- untuk membantu mereka dalam masalah mereka sehari hari
- membantu mereka dalam mengembangkan karier mereka
- menyelamatkan perusahaan kalau lagi krisis
- mengembangkan bisnis untu menjamin kelangsungan dan keberhasilan perusahaan di masa depan.
Just remember, untuk membangun trust, credibility dan emotional bonding anda dengan team anda, anda harus menginvestasikan waktu anda dengan mereka dan melakukan ABCD...
1. ABLE
2. BELIEVABLE
3. CARE
4. DEPENDABLE
Gampang untuk dihafal.
Mudah dikerjakan? Tidak.
Apakah mungkin dilakukan? Pasti bisa, kalau anda memang mempunyai kemauan yang kuat untuk membangun tim anda.
Sumber: Pambudi Sunarsihanto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar